Hmm, beberapa waktu yang lalu saya menyaksikan tayangan di salah satu TV swasta yang menayangkan tentang masalah pangan di daerah afrika. disana dapat terlihat bahwa ditengah jaman yang telah maju dengan segala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masih ada di belahan dunia yang lain mereka yang tidak dapat mengonsumsi makanan yang layak yang dan seimbang kandungan gizinya. Beranjak dari sana kita lihat di negeri kita sendiri disebutkan bahwa lebih dari 31 juta penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. ditambahkan lagi, dimana mereka hanya berpenghasilan lebih kurang 200 ribu tiap bulannya.
Disini yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana hendaknya kita dapat menjadi orang yang lebih bersyukur atas apa-apa yang telah Allah berikan kepada kita semua. Hmm, kira-kira ada gak sih manusia yang dapat menghitung semua nikmat-nikmat dan pemberian yang telah Allah berikan kepadanya. Rasanya sih tidak ada yang sanggup. sebgaimana juga yang disebutkan dalam Al-quran (QS 14 :34 ) yang artinya : dan jika kamu menghitung nikmat Allah, Maka kamu tidak akan dapat menghitungnya.
Syukur? mungkin kita sudah sering mendengar kata tersebut dalam keseharian hidup kita. berbagai macam cara dapat dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur tersebut, seperti mengadakan syukuran dirumah, mengadakan pengajian, atau yang paling sering mungkin kita lakukan adalah mentraktir teman satu sekolah, teman kuliah ataupun rekan kerja di kantor. namun,
Tapi apakah hakikat dari syukur itu sebenarnya?. Nah, disini saya akan membahas sekilas tentang masalah mensyukuri akan nikmat serta pemberiannya sang pencipta. Ibnul Qayyim merumuskan tiga faktor yang harus ada dalam konteks syukur yang sungguh-sungguh, yaitu dengan lisan dalam bentuk pengakuan dan pujian, dengan hati dalam bentuk kesaksian dan kecintaan, serta dengan seluruh anggota tubuh dalam bentuk amal perbuatan. Adapun bentuk implementasi dari rasa syukur bisa beragam; shalat seseorang merupakan bukti syukurnya, puasa dan zakat seseorang juga bukti akan syukurnya, segala kebaikan yang dilakukan karena Allah adalah implementasi syukur. Intinya, syukur adalah takwa kepada Allah dan amal shaleh, seperti yang disimpulkan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi.
baca selanjutnya melalui link dibawah ini
Mungkin kita dapat bertolak dalam kehidupan sehari-hari. ketika kita memiliki sesuatu barang apapun itu, maka hendaklah kita menjadi orang yang bisa merasa puas dengan apa-apa yang kita telah miliki tersebut. sebagi contoh, ketika seseorang punya mobil maka hendaklah ia bersyukur karena ia dapat bepergian kemanapun dengan aman dan dapat terlindung dari panasnya matahari dab guyuran hujan. begitu juga kita yang memiliki sepeda motor, kita hendaknya bersyukur karena kita dapat bepergian kemanapun kita mau dan dapat terhindar dari kemacetan. begitu pula mungkin kita yang memiliki sepeda, kita dapat bepergian dengan santai dan dapat menjaga lingkungan dari polusi kendaraan. terus yang gak punya kendaraan gimana dong?. ya kita harus bersyukur juga karena Allah masih ngasih kita kedua kaki yang sehat yang sehingga kita masih dapat berjalan dibandingkan mungkin dengan teman kita yang nikmatnya telah dicabut oleh Allah sehingga harus menggunakan alat bantu untuk dapat berjalan.
Namun, terlepas dari pengertian dan pemahaman masalah syukur di atas, rasanya tak pantas jika kita menyerah dalam berjuang menjadi hamba yang penuh kesyukuran. Dan setidaknya ini bisa dimulai dengan sering memanjatkan doa meminta pertolongan kepada Allah agar menjadi hamba yang bersyukur. Hal ini sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat Mu’adz bin Jabal ra., Beliau bersabda“Hai Muadz, sungguh aku sangat mencintaimu. Janganlah engkau tinggalkan setiap selesai sholat untuk membaca do’a, “Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa berzikir (mengingatiMu), mensyukuri (segala nikmat)Mu, dan beribadah dengan baik”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Semoga bermanfaat
Sumber : http://www.ldiiblitar.or.id
gambar : positiveinfo.wordpress.com

No comments:
Post a Comment